F. PATHWAY
Kuman
Kerusakan
jaringan
Peradangan
Reaksi
sel fagosit berlebih peningkatan
suhu tubuh
ABSES hipertermia
Kematian
menstimulus pecah gerak jaringan distorsi jaringan
Resiko
infeksi kerusakan
mobilitas nyeri
Integritas
kulit fisik
BAB
I
KONSEP
DASAR
HIPERTENSI
A.
Pengertian
Hipertensi
adalah tekanan yang lebih dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan derajat
keparahannya mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai
hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sampai primer/sekunder, terjadi
sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali
dapatdiperbaiki.
(Doengoes, 2000 : 39)
Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih
tinggi dari 140 mmHg menetap atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. (Barbara,
Engran, 1997 : 368)
Hipertensi
adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
90 mmHg, dan bila pasien memakai obat anti hipertensi.
(Mansjoer, Arief, 1999 : 518)
Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan distolik lebih dari 90
mmHg dengan gejala nyeri kepala, epistaktis, marah, rasa berat dikepala,
pusing, mata berkunang dan sukar tidur.
|
B.
Penyebab
Menurut
Arief Mansjoer, dkk (1999) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu sebagai
berikut :
1. Hipertensi
esensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi)
Hipertensi
esensial/primer (hipertensi Idiopatik) disebabkan oleh :
a. Usia
b. Jenis
kelamin
c. Riwayat
keluarga
d. Obesitas
e. Diet
f. Merokok
2. Hipertensi
sekunder adalah hipertensi renal yang disebabkan akibat dari adanya penyakit
lain.
Hipertensi
sekunder/hipertensi sosial disebabkan oleh :
a. Penggunaan
estrogen
b. Penyakit
ginjal
c. Hipertensi
vaskuler
d. Hiperaldosteron
primer
C.
Tanda
Dan Gejala
1. Sakit
kepala
2. Marah
3. Telinga
berdenging
4. Rasa
berat ditengkuk
5. Sukar
tidur
6. Mata
berkunang-kunang dan pusing
(Mansjoer, Arief, 1999 : 518)
D.
Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat muncul pada
pasien dengan hipertensi. Komplikasi tersebut antara lain pada otak dapat
menimbulkan stroke, pada ginjal dapat berupa gagal ginjal, kebutaan pada mata
serta gagal jantung. (Engran, 1997)
1. Stroke
dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal.
2. Gagal
ginjal kronik terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal glomerulus.
3. Dapat
terjadi infark miokardiom apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
E.
Klasifikasi
a.
Klasifikasi menurut jenis macamnya
1).
Hipertensi sistolik
a).
Pada hipertensi ini hanya tekanan sistolik yang
meningkat.
b).
Kekuatan jantung kiri yang meningkat
c).
Aorta yang kaku karena adanya degenerasi dari dinding
d).
Kapasitas yang mengurangi dari aorta
2). Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole dan
diastolik
b.
Klasifikasi menurut tingkatan kliniknya
1). Fase benigna
Tekanan darah sistolik maupun diastolik belum begitu meningkat bersifat
ringan atau sedang dan belum tampak kelainan atau kerusakan dari target organ
(otak, mata, jantung dan ginjal)
2).
Fase maligna
Tekanan darah diastolik terus menerus meningkat biasanya
lebih dari 130 mmHg diastolik dan terdapat kelainan serta kerusakan dari
organ’Organ target” yang bersifat progresif.
c.
Klasifikasi Berdasarkan tingkatan
a. Hipertensi borderline
Pada hipertensi ini, tekanan darahnya berubah-ubah antara
normal dan tinggi. Hal ini tergantung pada keadaan atau emosi dan beberapa kali
banyaknya tekanan darah diperiksa.
b.
Hipertensi ringan
Pada golongan ini, tekanan darah diastolik selalu lebih dari 90 mmHg
(rata-rata 90-104), tetapi jarang mendapat komplikasi kegagalan faal jantung
kongesti dan kerusakan faal ginjal.
c. Hipertensi sedang
Pada penderita hipertensi ini, tekanan darah diastolik
selalu sekitar 105-114 mmHg pada
pemeriksaan tekanan darah berulang-ulang. Pada hipertensi sedang, memerlukan
pengobatan yang seksama karena mempunyai resiko mendapat komplikasi yang
membahayakan
d. Hipertensi
berat
Pada penderita hipertensi golongan ini, tekanan darah
diastolik selalu sekitar 115-129 mmHg. Keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi
yang berbahaya, apabila tidak diobati.
Tingkatan nyeri yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
- Skala 1:
tidak ada nyeri
- Skala
2-4: nyeri ringan, dimana klien belum mengeluh nyeri, atau masih
dapatditolerir karena masih dibawah ambang rangsang.
- Skala
5-6: nyeri sedang, dimana klien mulai merintih dan mengeluh, ada yang
sambilmenekan pada bagian yang nyeri
- Skala
7-9: termasuk nyeri berat, klien mungkin mengeluh sakit sekali dank lien tidak mampu
melakukan kegiatan biasa
- Skala 10:
termasuk nyeri yang sangat, pada tingkat ini klien tidak dapat lagi mengenal
dirinya
(Http://AKPER
PPNI SOLO JATENG.blogspot.com/2010/04/askep hipertensi.24.html)
F.
Patofisiologi
Dalam
keadaan normal jantung memiliki kemampuan untuk memompa lebih dari daya
pompanya dalam keadaan istirahat. Kalau jantung menderita beban volume atau
tekanan berlebihan secara terus-menerus, maka ventrikel dapat melebar untuk
meningkatkan daya kontraksi sesuai dengan hukum starling yaitu hipertrophi
untuk meningkatkan jumlah otot dan kekuatan memompa sebagai kompensator
alamiah.
Jika
mekanisme pengkompensasian tidak dapat menopang perfusi perifer yang memadai,
maka aliran harus dibagi sesuai kebutuhan. Darah akan dipindahkan dari daerah-daerah
yang tidak vital seperti kulit dan ginjal sehingga perfusi darah ke otak dan
jantung dapat dipertahankan. Akibatnya tanda permulaan dari syok atau perfusi
jaringan yang tidak adekuat adalah berkurangnya pengeluaran air seni, kulit
dingin. Perubahan bermakna pada aliran darah yang menuju organ vital terjadi.
Tekanan
arteri sistemik ditimbulkan oleh cardiac
output dan tahanan perifer total. Cardiac output ditentukan oleh isi sekuncup
(stroke volume) dan denyut jantung. Sedang tahan perifer dipelihara oleh sistem
saraf otonom dan sirkulasi hormon. Setiap perubahan pada tahanan perifer,
denyut jantung dan stroke volume akan merubah tekanan arteri sistemik.
Terdapat
empat sistem kontrol yang mempertahankan tekanan darah yaitu sistem
baroreseptor arteri, regulasi volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan
autoregulasi vaskuler.
Stimulasi
baroreseptor di sinus karotikus dan arkus aorta akan merangsang sistem saraf
simpatik sehingga menimbulkan peningkatan epinefrin dan norepinefrin. Keadaan ini
menimbulkan peningkatan cardiac output dan resistensi vaskuler sistemik.
Perubahan
volume cairan akan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Jika di dalam tubuh
terdapat air dan garam yang berlebihan, maka akan meningkatkan aliran balik
vena, cardiac output dan tekanan.
Autoregulasi
pembuluh darah adalah proses yang mempertahankan perfusi ke suatu jaringan
tetap konstan. Jika aliran berubah, proses autoregulasi akan menurunkan
resistensi vaskuler sehingga mengakibatkan penurunan atau peningkatan aliran.
Meskipun
jelas bahwa aterosklerosis dan hipertensi ada hubungannya, hal ini tidak tentu
mana penyebab dan mana akibat. Dalam beberapa kasus aterosklerosis,
meningkatnya tekanan arteri dan resistensi perifer terhadap aliran darah,
memberikan dampak terhadap aliran darah yang meningkat.
Renin
merupakan enzim yang disekresikan oleh sel jukstaglumerulus ginjal dan terikat
dengan aldeosteron dalam lingkungan umpan balik negatif. Produk akhir kerja
renin pada subtratnya adalah pembentukan
angiotensin peptida II, mempengaruhi aldosteron untuk terjadi pengikatan
natrium dan air ke interstitial sehingga volume pembuluh darah meningkat.
Ketidakcocokan sekresi renin meningkatkan perlawanan periphenal, mitral eskemi
arteri ginjal akan membebaskan renin yang menyebabkan kontraksi arteri dan
meningkatkan tekanan darah.
Dalam
rokok terdapat nikotin yang dapat mengendap di dalam pembuluh darah yang
mengakibatkan arteriosklerosis sehingga kerja dalam pembuluh darah tidak dapat
sempurna yang berakibat timbulnya peningkatan tekanan darah.
Stres
dapat menyebabkan tekanan batin ini terjadi berulang-ulang. Naiknya tekanan
darah menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh nadi,yang menyebabkan
penurunan kapasitas seseorang untuk mempertahankan aktifitas sampai ke tingkat
yang di inginkan.
Nyeri
(Sakit kepala) keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang menetap
atau intermiten yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Yang di tandai
dengan peningkatan pembuluh darah ke otak.
Intoleransi
aktifitas terjadi karena penurunan aktifitas seseorang untuk mempertahankan
aktifitas sampai ketingkat yang di inginkan.di karenakan suplai O2 menurun
sehingga terjadi kelemahan fisik.
Kurang
informasi yang tidak adekuat yang menyebabkan individu atau kelompok mengalami
defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan psikomotor berkenaan dengan
kondisi atau rencana pengobatan sehingga terjadi kurang pengetahuan.
Penurunan
curah jantung adalah keadaan di mana seseeorang individu mengalami penurunan
jumlah darah yang di pompakan di karenakan beban kerja jantung meningkat dan
suplai O2 ke otak menurun.
(Dikutip dari Http : //AKPER PPNI
SOLO JATENG.Blogspot.Com /2010/04/ askep hipertensi. 24. html)
G.
Pathway
|
|
(Http://AKPER PPNI SOLO
JATENG.blogspot.com/2010/04/askep hipertensi.24.html)
H.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan nonfarmakologis
pada pasien hipertensi antara lain :
Menurut Mansjoer (1999),
penatalaksanaan nonfarmakologis :
a) Menurunkan
berat badan bila terdapat kelebihan
b)
Membatasi alkohol
c)
Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (
30-40 menit/hari)
d)
Mengurangi asupan natrium
e)
Mempertahankan asupan kalsium dan
magnesium adekuat
f)
Berhenti merokok dan mengurangi asupan
lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan
Menurut Suyono (2001), penatalaksanaan farmakologis
:
a) Diuretik
Menurunkan
volume ekstraseluler dan plasma sehingga
terjadi penurunan curah jantung. Untuk terapi jangka panjang pengaruh utama
adalah mengurangi resistensi perifer. Efek samping : hiponatremia dan
hipokalemia
b) Golongan
penghambat simpatetik
Penghambatan
aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada
pemberian metilpoda dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin
dan guanetidin.
c) Penyekat
Beta
Efektif
untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, juga menurunkan sekresi
renin. Kontraindikasi bagi pasien gagal jantung kongestif. Preparat yang biasa
digunakan adalah propanolol, asebutolol, atenolol, pindolol, timolol, dll.
d) Vasodilator
Yang
termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil,
diaksozid, dan sodium nitroprusid. Obat golongan ini bekerja langsung pada
pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan
penurunan resistensi pembuluh darah
I.
Fokus
Pengkajian
Menurut
Dongoes (2000:39) pengkajian klien hipertensi adalah sebagai berikut :
1.
Aktivitas/Istirahat
Gejala :
kelemahan, letih, napas pendek, gaya
hidup monoton
Tanda : frekuensi
jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2.
Sirkulasi
Gejala : riwayat
TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin.
3.
Integritas Ego
Gejala : riwayat
perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stress multipel
Tanda : letupan
suasana hati, gelisah, peyempitan kontineu perhatian, tangisan yang meledak, otot
muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4.
Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang
lalu
5.
Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat
mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6.
Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut
sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan
kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
7.
Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada
tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
8.
Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea, ortopnea, dispnea nocyural proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,
riwayat merokok
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot
aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
9.
Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral
transien, hipotensi postural
10. Pembelajaran
/ Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga : hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal, factor resiko etnik :
penggunaan pil KB atau hormone.
J.
Fokus
Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul menurut Dongoes 2000 :
1.
Resiko tinggi penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterlood, vasokontriksi, semua makanan.
Tujuan :
a. Mempertahankan
TD dalam rentang individu yang tepat
b. Memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung stabil
c. Berpartisipasi
dalam aktivitas Tp/ beban kerja jantung
Kriteria Hasil : tidak
mengalami penurunan curah jantung
Intervensi :
a. Pantau
tekanan darah
b. Auskultasi
tonus jantung dan bunyi napas
c. Amati
warna kulit, kelembaban suhu dan masa pengisian kapiler
d. Berikan
lingkungan tenang, nyaman, batasi pengunjung
e. Anjurkan
teknik relaksasi
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum
Tujuan :
a. Berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan
b. Melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
Kriteria hasil :
Pasien bisa melakukan
aktivitas tanpa ada kelemahan secara umum
Intervensi :
a. Kaji
respon pasien terhadap aktivitas
b. Instruksikan
pasien tentang teknik penghematan energi
c. Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri
3.
Nyeri (Akut) sakit kepala berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral
Tujuan :
a. Melaporkan
nyeri/ ketidaknyamanan/ terkontrol
b. Mengungkapkan
metode yang memberikan pengurangan
Kriteria Hasil :
a. Rasa
nyeri pada kepala hilang
b. Pasien
mengikuti metode untuk mengurangi rasa nyeri
Intervensi :
a. Mempertahankan
tirah baring selama fase akut
b. Berikan
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan nyeri
c. Bantu
pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
d. Meminimalkan
aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan nyeri
e. Berikan
cairan makanan lunak, perawatan mulut yang teratur, bila terjadi perdarahan
hidung/ kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan
4.
Koping individu tidak efektif
berhubungkan dengan krisis situsional
Tujuan :
a. Mengidentifikasikan
perilaku koping efektif dan konsekuensinya
b. Mengatakan
kesadaran kemampuan koping/ kekuatan pribadi
Intervensi :
a. kaji
efektif strategi koping dan mengobservasi perilaku
b. Bantu
pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan strategi mengatasinya
c. Dorong
pasien untuk mengidentifikasi/ mengevaluasi prioritas/ tujuan hidup
d. Libatkan
pasien dalam perencanaan keperawatan dan motivasi dalam rencana pengobatan
5.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi
rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/ daya ingat, missal
interprestasi informasi
Tujuan :
a. Mengatakan
perubahan tentang proses penyakit
b. Mengidentifikasi
efek samping obat dan kemungkinan komplikasi
Kriteria Hasil :
a. Mengetahui
tentang penyakit
b. Tekanan
darah dalam ukuran normal
Intervensi :
a. Tetapkan
dan nyatakan TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung
pembuluh darah,ginjal dan otak
b. Batasi
pentingnya menghentikan rokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk
berhenti merokok
c. Beri
penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut
d. Insruksikan
pasien tentang peningkatan masukan dalam makanan atau cairan tinggi kalium dan
kalsium
e. Bantu
pasien dalam mengidentikasi cara dimana perubahan hidup
BAB
II
RESUME
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pada
pengkajian tanggal 29 April 2011 jam 09.00 WIB di ruang Rosella RSU Kardinah
Tegal diperoleh data sebagai berikut : Ny.S umur 60 Tahun, jenis kelamin
perempuan, agama islam, status kawin, pendidikan SD, pekerjaan tani, tempat
tinggal Sidomulya RT.04 RW 02 Warureja.
Ny.S
masuk rumah sakit pada tanggal 26 April 2011 dengan diagnosa medis Hipertensi.
Penanggung jawab Ny.S selama dirawat dirumah sakit adalah Tn.W berusia 65 tahun
dan bekerja sebagai buruh. Hubungan dengan Ny.S adalah sebagai suami dan
beralamat di Sidomulya RT.04 RW 02 Warureja. Keluhan awal yang dirasakan Ny.S
pada waktu masuk rumah sakit adalah pusing/nyeri kepala, kedua kakinya terasa
nyeri jika beraktivitas dan terasa kram, sakit/nyeri pada tengkuk kepala dan
terasa senut-senut dengan skala nyeri 5.
|
Dan
kemudian berobat kedokter terdekat pusingnya tidak hilang akhirnya keluarga
membawa Ny.S ke RSU Kardinah Tegal. Ny.S juga mengatakan kalau dirinya sudah 3
bulan yang lalu menderita penyakit hipertensi namun belum mengetahui sebenarnya
penyakit yang dideritanya. Ny.S selalu bertanya-tanya tentang penyakitnya. Menurut
keterangan Ny.S dahulu tidak pernah menderita penyakit yang parah, yang
memerlukan perawatan khusus dirumah sakit.
Diagnosa
medis pada saat masuk Rumah Sakit adalah Hipertensi. Tindakan yang dilakukan
pada awal masuk Rumah Sakit dipasang infus RL. Pada
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 26 April 2011 didapati WBC 7.45[10^3/ul]
M=4.8-10.8 F=4.8-10.8, RBC 3.49[10^6/ul] M=4.7-6.1 F=4.2-5.4, HGB 11.0[g/dl]
M=14-18 F=12-16, HCT 34.4[%] M=42-52 F=37-47, PLT 288[10^3/ul] N=150-450.
Ny.
S pada pengetahuannya masih kurang mengetahui akan penyakit yg dideritanya.
Ny.S selalu bertanya-tanya akan penyakit yang dideritanya. Sebelum masuk rumah
sakit Ny.S sering kontrol tentang penyakitnya yaitu untuk memeriksakannya dan
mengerti serta tahu penyakit yang di deritanya.
Pola
nutrisi dan metabolik sebelum Ny.S dirawat di RS Ny.S biasa makan 3x sehari
dengan nasi, lauk dan sayur. Selama dirawat di RS Ny.S juga tetap makan 3x
sehari habis 1 porsi. Minum 6 – 7 gelas perhari air putih ditambah dengan
terpasang infus RL 20 tetes permenit.
Pola
eliminasi sebelum dirawat pasien BAB 1-2x perhari saat pagi dan sore dengan
konsistensi lembek, warna kuning, bau khas feses. Selama dirawat klien BAB
hanya 1x perhari kadang tidak BAB. Ny.S mengatakan tidak ada keluhan dalam BAK. Ny.S BAK 3-4x sehari, warna kuning, bau khas,
tidak terpasang kateter.
Pola
aktivitas dan latihan sebelum sakit, Ny.S mengatakan dapat beraktivitas sendiri
tanpa bantuan orang lain maupun dengan alat bantu seperti kursi roda. Setelah
sakit dan dirawat dirumah sakit, Ny.S hanya bisa berbaring ditempat tidur, Ny.
S mengatakan belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri karena tubuhnya
lemah dan karena kedua kakinya nyeri/ sakit. Selain itu kebutuhan sehari-hari
pasien dibantu oleh keluarganya seperti mandi, makan, minum, dan eliminasi. Ny.
S selalu berharap agar dapat sembuh dan dapat berkumpul dengan keluarga.
Pola
tidur dan Istirahat sebelum dirawat Ny.S biasa tidur 8 jam perhari. Selama
dirawat pasien terganggu istirahat tidurnya karena rasa nyeri.
Pola
perseptual Ny.S umumnya baik. Ny.S dapat mengenali perawat dan anggota
keluarganya. Pendengaran terganggu, tidak ada gangguan pengecapan. Klien dapat
menyebutkan namanya dan alamatnya.
Pola
persepsi diri Ny.S mengatakan yakin bahwa dia pasti sembuh dengan pengobatan
dan perawatan yang di dapat di RS.
Pola seksual dan
reproduksi Ny.S merupakan istri dari Tn.W. Ny.S tidak memikirkan masalah
kebutuhan seksual dikarenakan pasien sedang sakit.
Pola
peran dan hubungan Ny.S dengan keluarga saudara dan tetangga baik terlihat
anak-anaknya selalu menemani pasien.
Pola
manajemen dan koping stress Ny.S hanya bisa menerima keadaan sekarang ini dan
pasien selalu optimis bahwa dirinya pasti akan sembuh dari penyakit yang di
deritanya. Dalam setiap ada permasalahan dalam keluarga selalu diselesaikan
secara musyawarah.
Sistem
nilai dan keyakinan Ny.S sebelum dirawat pasien selalu menjalankan shalat 5
waktu dirumah. Selama sakit Ny.S tidak shalat, Ny.S selalu berdo’a untuk
kesembuhannya.
·
PEMERIKSAAN FISIK
Hasil
pemeriksaan fisik pada Ny. S diperoleh data : keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, tekanan darah 160/100 mmHg, suhu 36,50 C, Nadi
88x/menit, RR 22x/menit.
BB
pertama masuk 53 kg, TB sekarang : 160 cm.
BB
sekarang : 53 kg, TB sekarang : 160 cm.
IMT
= 53 = 531 = 20,73 kg/m
(normal)
(1,6)2 2,56
Keterangan
:
·
< 18 kg/m
= Kurang dari kebutuhan tubuh
·
> 18 - < 23 kg/m = Kebutuhan tubuh terpenuhi (Ideal)
·
> 23 Kg/m = Lebih dari kebutuhan tubuh
Bentuk
kepala mesochepal, rambut hitam putih, pendengaran baik, tidak ada serumen,
penglihatan baik tidak ada anemis, tidak ada polip, penciuman masih baik, mukosa
bibir kering, lidah bersih, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
·
Thorak : Inspeksi : simetris
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: tidak ada bunyi timpani
Auskultasi : bunyi paru vesikuler
·
Abdomen : Inspeksi : Pada abdomen tidak ada pembesaran
perut
Auskultasi
: Terdengar bising usus
Perkusi
: Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Keadaan
genetelia bersih, tidak terpasang
kateter, Kulit lembab, bersih, jejas (-), WPK< 2 detik, edema (-), terpasang
infuse RL 20 tetes/menit pada tangan kanan.
Ekstremitas atas kekuatan 5/5,
gerak B/B
Ekstremitas bawah kekuatan 4/4,
gerak T/T
Terapi
yang diberikan pada Ny. S pada tanggal 29 April 2011 adalah captopril 3x50 gr
(oral), Ceftriaxon 2x1 gr, Catapress 2x150 mg.
B.
Analisa
Data Dan Diagnosa
Setelah
dilakukan pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul, menurut prioritas
berdasarkan hasil analisa data adalah sebagai berikut :
Diagnosa
keperawatan pertama : Nyeri (Sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan cerebral vaskuler, didukung dengan munculnya data subyektif klien
Mengatakan pusing dan terasa senut-senut dan data obyektif pasien tampak memegangi
tengkuk kepalanya, tekanan darah 160/100 mmHg, skala nyeri 5.
Diagnosa
keperawatan kedua : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/fatique,
didukung dengan munculnya data subyektif pasien mengatakan kedua kakinya terasa
nyeri dan kadang kram dan data obyektif skala nyeri 5, kedua kaki terjadi
penurunan aktivitas akibat rasa nyeri dan pasien di bantu dalam beraktivitas
misal perawatan diri serta bedrest di tempat tidur.
Diagnosa
keperawatan ketiga : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakitnya, di dukung dengan munculnya data subyektif pasien
mengatakan tidak tahu banyak tentang penyakitnya (hipertensi) dan data obyektif
pasien sering bertanya kepada perawat tentang penyakit hipertensi.
C.
Diagnosa
Keperawatan, Tujuan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
1.
Nyeri (Sakit kepala) berhubungan dengan
peningkatan tekanan cerebral vaskuler
Tujuan yang ingin dicapai adalah
nyeri (Sakit kepala) dapat teratasi dengan kriteria hasil : Pasien tidak
mengeluh nyeri (Sakit kepala) lagi, ekspresi wajah rileks, skala nyeri 2,
tekanan darah dalam batas normal. Intervensi
keperawatan yang telah dilakukan adalah kaji skala dan lokasi nyeri, ajarkan
tekhnik relaksasi dan distraksi, anjurkan untuk tirah baring, dan berikan
posisi senyaman mungkin.
Implementasi keperawatan yang telah dilakukan
adalah mengkaji skala dan lokasi nyeri, mengajarkan tekhnik tarik nafas dalam,
menganjurkan untuk banyak istirahat di tempat tidur dan memberikan posisi sim
kanan.
Hasil evaluasi dari masalah
keperawatan di atas setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mengatakan
masih nyeri (Sakit kepala), Skala nyeri 5, pasien tampak meringis kesakitan.
Hasil evaluasi lanjutkan intervensi yang telah di tetapkan.
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan / fatique
Tujuan yang ingin dicapai adalah
Intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien berhati-hati
dalam beraktivitas, rasa nyeri dikaki berkurang atau hilang, klien dapat
melakukan ADL sendiri. Intervensi
tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah batasi aktivitas tiba-tiba,
anjurkan untuk hati-hati dalam beraktivitas, ciptakan lingkungan yang nyaman,
bantu pasien dalam memenuhi kebutuhanya, anjurkan pasien untuk menggerakan /
mengangkat ekstremitas bawah sesuai kemampuan.
Implementasi keperawatan yang telah
dilakukan adalah membatasi aktivitas tiba-tiba, menganjurkan untuk hati-hati
dalam beraktivitas, menciptakan lingkungan yang nyaman/ perbedent atau
membatasi pengunjung, membantu pasien dalam memenuhi kebutuhanya, menganjurkan
pasien untuk menggerakan/ mengangkat kedua kakinya sesuai kemampuan.
Hasil evaluasi dari keperawatan di
atas setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mengatakan dalam
beraktivitas sangat berhati-hati dan masih nyeri, cara berjalan pasien perlahan
dan Kadang mengalami kram. Hasil evaluasi lanjutkan intervensi yang telah di
tetapkan.
3.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi tentang penyakitnya (hipertensi)
Tujuan yang ingin dicapai adalah
pasien mengetahui tentang penyakitnya (hipertensi) dengan kriteria hasil :
pasien mengetahui tentang penyakit yang dialaminya (hipertensi), keluarga
mengetahui tentang penyakit hipertensi.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan
adalah kaji tingkat pengetahuan pasien, berikan pengetahuan tentang penyakit
hipertensi melalui pendidikan kesehatan, jelaskan tentang pentingnya
pengetahuan dalam mengikuti instruksi perawat.
Implementasi keperawatan yang telah dilakukan
adalah mengkaji tingkat pengetahuan pasien, memberikan pengetahuan tentang
penyakit hipertensi melalui pendidikan kesehatan, menjelaskan tentang
pentingnya pengetahuan dalam mengikuti instruksi perawat.
Hasil evaluasi dari keperawatan di
atas setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mengatakan sudah mengetahui
tentang penyakitnya (hipertensi), pasien sudah tidak bertanya-tanya lagi kepada
perawat.
BAB
III
PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan pengkajian pada tanggal 29 April 2011 dan dianalisa berdasarkan pada
batasan karakteristik yang ada, maka diagnosa yang muncul adalah sebagai
berikut :
A.
Nyeri
(Sakit kepala) Berhubungan Dengan Peningkatan Tekanan Cerebral Vaskuler
Nyeri
(Sakit kepala) adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang
menetap atau intermiten yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Untuk
memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat adanya batasan karakteristik yaitu
ketidaknyamanan, marah frustasi, depresi karena situasi raut wajah kesakitan,
anoreksia, penurunan berat badan, insomnia, gerakan yang sangat berhati-hati,
spasme otot, kemerahan, bengkak, panas, perubahan warna pada area yang
terganggu, abnormalitas refleks.
(Carpenito, 1998 : 225)
|
Tingkah laku berhati-hati, tingkah
laku distraksi, dilatasi pupil, tingkah laku ekspresit.
Pada
pengkajian tanggal 29 april 2011 diperoleh data subyektif Ny. S mengatakan
pusing, Ny. S mengatakan kakinya nyeri saat beraktivitas, Ny. S mengatakan
lehernya sering kaku dan sering sakit kepala. Data obyektif Ny. S tampak
meringis kesakitan. Melihat data yang terdapat dalam pengkajian dan analisa
berdasarkan batasan karakteristik yang ada dirumuskan diagnosa nyeri (sakit
kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan serebra vaskuler.
Peningkatan
tekanan serebral vaskuler menjadi etiologi dan diagnosa nyeri dilihat dari
patofisiologinya bahwa terjadi gangguan sirkulasi di otak yang menyebabkan
resistensi pembuluh darah otak meningkat dan suplai O2 otak menurun sehingga
menimbulkan nyeri di kepala.
Prioritas
masalah nyeri dirumuskan sebagai diagnosa pertama adalah berdasarkan hierarki
Maslow merupakan kebutuhan fisiologis yang pada prinsipnya merupakan kebutuhan
yang paling dasar dan bila masalah ini tidak segera diatasi dapat mengancam
gangguan kesehatan yang lebih berat atau klien dapat kehilangan kontrol
terhadap tubuh sehingga dapat mengakibatkan gangguan dalam beraktivitas.
Tujuan
yang ingin dicapai keperawatan diharapkan pasien tidak mengeluh nyeri lagi.
Skala nyeri 2, ekspresi wajah rileks, tekanan darah dalam batas normal.
Dari
data yang didapat pada pengkajian dan setelah dianalisa berdasarkan batasan
karakteristik maka ditegakan diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan
peningkatan serebra vaskuler.
·
RENCANA TINDAKAN
Dari diagnosa ini rencana tindakan
yang telah dilakukan adalah mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri dan lokasi
nyeri rasionalnya untuk mengevaluasi keefektifan dan nyeri rasionalnya untuk
mengevaluasi keefektifan dan terapi yang diberikan, mengajarkan tehnik
relaksasi dan distraksi rasionalnya adalah dapat menurunkan rangsangan yang
menimbulkan stress membuat efek tenang sehingga akan menurunkan tekanan darah,
menganjurkan untuk tirah baring rasionalnya menurunkan tekanan darah,
menganjurkan untuk tirah baring rasionalnya menurunkan stimulasi yang
berlebihan yang dapat mengurangi sakit kepala, memberikan posisi senyaman
mungkin rasionalnya mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan saraf
simpatis.
·
IMPLEMENTASI
Selama melakukan tindakan keuntungan
yang didapat adalah pasien dan keluarga kooperatif dalam setiap tindakan pasien
mau mengikuti, kesulitan yang dialami proses nyeri tidak mungkin hilang total
melainkan secara bertahap dan toleransi tiap individu terhadap nyeri
berbeda-beda.
·
EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dapat dilihat evaluasi pada tanggal 29 April 2011 pukul 13.00
adalah pasien mengatakan masih pusing, pasien tampak meringis kesakitan, skala
nyeri 5. Dari hasil evaluasi dapat dianalisa bahwa masalah belum teratasi dan
untuk mengatasi masalah nyeri lebih lanjut dilakukan pendelegasian tindakan keperawatan
kepada perawat yang ada di ruangan.
B.
Intoleransi
Aktivitas Berhubungan Dengan Kelemahan / Fatique
Intoleransi aktivitas adalah penurunan
kapasitas seseorang untuk mempertahankan aktivitas sampai ke tingkat yang
diinginkan. Untuk memunculkan diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas harus
terdapat adanya batasan karakteristik yaitu setelah melakukan aktivitas
didapatkan dispnea, diastolik meningkat
>150 mmHg, kelemahan, pucat, kacau mental, vertigo. (Lynda juall
Carpenito, 1998 : 109).
Pada pengkajian tanggal 29 April 2011
diperoleh data subyektif Ny. S mengatakan kakinya terasa nyeri dan kadang kram
dan data obyektif diperoleh skala nyeri 5, kedua kakinya terjadi penurunan
aktivitas akibat rasa nyeri, pasien dibantu dalam aktivitas misal perawatan
diri pasien tampak berbaring ditempat tidur. Melihat data yang terdapat dalam
pengkajian dan analisa berdasarkan batasan karakteristik yang ada dirumuskan
diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan / fatique.
Prioritas dari masalah intoleransi
aktivitas dirumuskan sebagai diagnosa kedua, cara memprioritaskan sesuai dengan
kebutuhan klien, masalah harus segera diatasi karena jika tidak segera diatasi
dapat mengancam kesehatan dan memperlama proses pemulihan sehingga tidak perlu
ditangani segera akan tetapi jika tidak ditangani dapat memperburuk kondisi klien.
Tujuan yang ingin dicapai selama perawatan
diharapkan klien dapat melakukan ADL sendiri tanpa bantuan orang lain, rasa
nyeri di kaki berkurang atau hilang.
·
RENCANA TINDAKAN
Tindakan yang telah dilakukan adalah
membatasi aktivitas tiba-tiba rasionalnya untuk menurunkan rangsangan simpatis
meningkatkan relaksasi, membantu pasien dalam memenuhi kebutuhanya rasionalnya
mencegah kecelakaan, menganjurkan pasien untuk menggerakan ekstremitas bawah
sesuai kemampuan rasionalnya membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap
aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
·
IMPLEMENTASI
Selama dilakukan tindakan faktor
yang menguntungkan adalah keluarga pasien dapat berperan berperan aktif dalam
memenuhi kebutuhan pasien, keluarga mampu merawat pasien selama 24 jam secara
bergantian, kelemahannya karena keluarga masih khawatir dengan keadaan pasien,
dan nyeri kepala bertambah apabila beraktivitas berlebihan, sehingga untuk
melakukan tindakan tersebut harus secara bertahap dan hati-hati.
·
EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diperoleh hasil evaluasi pasien mengatakan dalam beraktivitas
sangat hati-hati dan masih merasa nyeri. Analisa dari masalah di atas adalah
masalah belum teratasi dan selanjutnya dilakukan pendelegasian kepada perawat
ruangan.
C.
Kurang
Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurangnya Informasi Tentang Penyakitnya
Menurut Lynda juall Carpenito (1998 : 589)
adalah suatu kondisi dimana individu
atau kelompok mengalami kekurangan pengetahuan kognitif atau keterampilan
psikomotor mengenai suatu keadaan dan rencana tindakan pengobatan. dengan
batasan karakteristik mayornya adalah mengungkapkan kurang pengetahuan atau keterampilan,
mengekspresikan suatu tindakan ketidaktahuan atau keterampilan, mengekspresikan
suatu tindakan perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang diinginkan,
sedangkan batasan karakteristik minornya adalah : kurang integrasi tentang
rencana pengobatan kedalam aktivitas sehari-hari, memperlihatkan atau
mengekspresikan perubahan psikologis mengakibatkan kesalahan informasi atau
kurang informasi.
Pada pengkajian tanggal 29 April 2011
diperoleh data subyektif pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
secara obyektif dapat dilihat pasien dan keluarga banyak bertanya pada perawat
tentang penyakitnya. Melihat data yang terdapat dalam pengkajian dan dianalisa
berdasarkan karakteristik yang ada dirumuskan diagnosa keperawatan kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Faktor yang berhubungan
menurut Nanda (2005:125) adalah keterbatasan paparan, mudah lupa, mis
interpretasi informasi, keterbatasan kognisi, tidak familiar dengan sumber
informasi, kurang informasi pasien tentang penyakit sehingga penulis mengambil
etiologi kurangnya informasi pasien tentang penyakit sehingga penulis mengambil
etiologi kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Prioritas kurang pengetahuan sebagai
diagnosa ketiga karena tidak memerlukan penanganan segera dibandingkan dengan
diagnosa nyeri dan diagnosa resiko terhadap injuri.
Tujuan yang ingin dicapai adalah dilakukan
pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan pengetahuan pasien bertambah
dengan kriteria hasil. Pasien paham tentang penyakitnya, melakukan perubahan
pola hidup untuk memperbaiki kesehatan.
·
RENCANA TINDAKAN
Tindakan yang telah dilakukan adalah
mengkaji tingkat pengetahuan pasien rasionalnya mengetahui tingkat pengetahuan
pasien, memberikan pengetahuan tentang penyakit hipertensi melalui pendidikan
kesehatan rasionalnya agar klien mengerti penyakit yang dideritanya,
menjelaskan tentang pentingnya pengetahuan dalam mengikuti instruksi perawat
rasionalnya dapat mengikuti instruksi perawat.
·
IMPLEMENTASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keuntungan yang
diperoleh adalah keluarga pasien dan pasien kooperatif, pasien banyak bertanya
dengan perawat.
·
EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh
evaluasi pasien mengatakan sudah tahu tentang hipertensi, secara obyektif
pasien sudah tidak bertanya - tanya lagi kepada perawat. Analisa dari masalah
di atas adalah masalah teratasi.
Diagnosa
keperawatan yang tidak muncul dalam tinjauan kasus ini adalah:
a. Penurunan
curah jantung
Menurut Carpenito (1998) penurunan curah jantung
adalah Keadaan dimana individu mengalami penurunan jumlah darah yang dipompakan
oleh jantung, mengakibatkan penurunan fungsi jantung. Batasan karakteristiknya
yaitu tekanan darah rendah, nadi cepat, Kurang istirahat, angina, distritmia,
oliguria, kelelahan, vertigo dan edema. Diagnosa ini tidak dapat diangkat
karena penulis tidak menemukan data yang dapat mendukung untuk menegakkan
diagnosa ini karena tekanan darah pasien 160/100 mmHg dan tidak pada batas
normal. Respirasi rate 22x/menit pada batas normal. Nadi 88x/ menit dan suhu
36,50C.
b. Koping
individu tidak efektif
Adalah suatu keadaan dimana individu mempunyai
pengalaman atau mengalami keadaan yang beresiko tinggi, suatu ketidakmampuan
untuk mengatasi stressor internal maupun eksternal secara adekuat yang berhubungan
tidak adekuatnya sumber fisik, psikologis, perilaku atau kognitif (Carpenito,
1998).
Hasil pengkajian pada tanggal 29 April 2011 penulis
tidak menemukan data yang dapat mendukung untuk menegakkan diagnosa ini,
sehingga penulis tidak menegakkan diagnosa koping individu tidak efektif karena
pasien mengatakan bahwa penyakit yang diderita merupakan hal yang biasa dan
pasien yakin bahwa dirinya dapat sembuh.
BAB IV
IMPLIKASI
KEPERAWATAN
Kasus
yang dikelola pada tanggal 29 April 2011 mulai dari pengkajian sampai evaluasi
didapat pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan diagnosa medis hipertensi ada beeberapa kesenjangan antara kasus yang
dihadapi dengan teori yang ada. Hal ini sesuai dengan sifat manusia yang unik
dimana antara yang satu dengan yang lainnya dapat mempunyai permasalahan yang
berbeda walaupun dari latar belakang kasus yang sama. Keberhasilan dalam suatu
asuhan keperawatan sangat tergantung dari pemberian asuhan keperawatan, sarana
dan prasarana yang tersedia serta keadaan pasien itu sendiri.
Hubungan
kooperatif antara perawat dan klien serta keluarga klien sangat diperlukan,
adapun keadaan yang dihadapi saat pengelolaan kasus adalah adanya kecemasan
yang dialami klien dan keluarga klien, serta ketidaktahuan keluarga dan klien
tentang penyakit hipertensi dan bahayanya.
Setelah
penulis melakukan tindakan asuhan keperawatan maka penulis memberi saran, yaitu
:
1. Saran
untuk keluarga
|
2. Saran
untuk Rumah Sakit
Selama
penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. S penulis bekerja sama dengan
pihak Rumah Sakit, Selama ini pula penulis dapat menyimpulkan bahwa partisipasi
rumah sakit terhadap masalah kesehatan di wilayah cukup baik namun perlu
ditingkatkan lagi dalam pelayanan.
3. Saran
untuk perawat
Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka sangat diperlukan perawat atau petugas yang ahli
untuk menganamnesa secara tepat pada pertama kali masuk ke Rumah Sakit. Mungkin
perlu juga adanya hubungan saling percaya antara perawat dan anggota keluarga
pasien, perawat pun mampu menguasai dalam hal penyakit yang diderita pasien dan
menyampaikannya dalam pendidikan kesehatan, selain itu perawat berkolaborasi
dengan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, petugas laboratorium dan
lainnya. Pendidikan kesehatan dan motivasi tidak hanya diberikan kepada pasien
tetapi juga kepada keluarga pasien untuk memberikan pengetahuan tentang
penyakit yang diderita pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, L.J. 1998. Diagnosa keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis edisi 6, Alih Bahasa Tim PSIK Universitas Padjajaran, Editor Monica
Ester. EGC, Jakarta .
Http : //AKPER
PPNI SOLO JATENG. Blog spot. com/2010/04/ askep hipertensi. 24. html
Mansjoer, A ,dkk. 1999.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.
Cetakan 1. Media Asculapius. Jakarta
Prihandana, 2006, Nanda : Panduan Diagnosa Keperawatan,
Akademi Keperawatan Pemerintah Kota
Tegal, Tegal
Suyono, S. 2001. Buku
Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai penerbit FKUI. Jakarta .
|
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN
HIPERTENSI
DI RUANG ROSELLA
RSU
KARDINAH TEGAL
Oleh
:
ABDI KURNIAJI
08.001
AKADEMI
KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA
TEGAL
2011
LEMBAR
PERSETUJUAN
Laporan
kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS
HIPERTENSI DI RUANG ROSELLA RSU KARDINAH TEGAL” telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
Hj. HANIFAH, SPd, M.kes
|
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG
ROSELLA RSU KARDINAH TEGAL” yang telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Direktur Akper
Pemkot Tegal Penguji
Hj. Wari Triasti, S.Kp. Agus Mulyadi, Ns.
NIP. 1961 03041983102001
|
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil
laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Hipertensi Di
Ruang Rosella RSU Kardinah Tegal”
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak
mendapat bimbingan serta dorongan baik moral maupun materiil guna mencapai
gelar Ahli Madya Keperawatan di Akper Pemkot Tegal. Untuk itu pada kesempatan
ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat :
1.
Ibu Hj. Wari Triasti, S.Kp. Selaku
Direktur Akper Pemkot Tegal
2.
Ibu Hanifah, SPd, M.Kes. Selaku
pembimbing penyusunan laporan
3.
Bapak Deddy Utomo, Selaku Wali Kelas
tingkat III A
4.
Ayah dan Bunda serta keluarga tercinta
yang senantiasa memberikan dorongan baik materiil maupun spiritual
5.
Teman-teman , adik tingkat serta semua
pihak yang telah memberikan motivasi dan membantu terselesaikannya laporan
kasus ini.
|
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ilmiah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan penyusun yang akan
datang.
Akhir
kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Tegal,
Mei 2011
Penulis
|
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................ i
LEMBAR
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. .... ii
LEMBAR
PENGESAHAN PENGUJI............................................................... iii
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... iv
DAFTAR
ISI........................................................................................................ vi
BAB
I KONSEP DASAR............................................................................. 1
A. Pengertian...................................................................................... 1
B. Penyebab....................................................................................... 2
C. Tanda
Dan Gejala.......................................................................... 3
D. Komplikasi.................................................................................... 3
E. Klasifikasi...................................................................................... 4
F. Patofisiologi.................................................................................. 6
G. Pathway......................................................................................... 10
H. Penatalaksanaan............................................................................ 11
I. Fokus
Pengkajian.......................................................................... 12
J. Fokus
Intervensi............................................................................ 14
BAB
II RESUME KEPERAWATAN................................................................. 18
A.
|
B. Analisa
Data Dan Diagnosa.......................................................... 23
C. Diagnosa Keperawatan,
Tujuan, Intervensi, Implementasi dan
Evaluasi......................................................................................... 23
BAB
III PEMBAHASAN................................................................................... 27
A. Nyeri
(Sakit Kepala) Berhubungan Dengan Peningkatan
Tekanan
Cerebral Vaskuler........................................................... 27
B. Intoleransi
Aktifitas Berhubungan Dengan Kelemahan
/
Fatique......................................................................................... 30
C. Kurang
Pengbetahuan Berhubungan Dengan Kurangnya
Informasi
Tentang Penyakitnya.................................................... 32
BAB
IV IMPLIKASI KEPERAWATAN........................................................... 36
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
|
The information is so exciting, very enjoyable to be listened
BalasHapusObat Kolesterol 100% Herbal Aman Tanpa Efek Samping
Obat Kolesterol Tinggi Tanpa Adanya Efek Samping Negatif
Obat Kolesterol Alami Untuk Melawan Kolesterol Jahat
Obat Kolesterol Menahun 100% Dari Herbal Tradisional